• +62 21 351 4348
  • sekretariat@dppinsa.com

2022, Kondisi Pelayaran Diprediksi Lebih Baik dari Tahun 2021

2022, Kondisi Pelayaran Diprediksi Lebih Baik dari Tahun 2021

JAKARTA--Awal tahun 2022 diawali dengan larangan ekspor batubara dan kebijakan penutupan Reflag Out Kemenhub. Namun industri pelayaran Indonesia menatap tahun 2022 dengan tetap optimisme tinggi. Hal ini berkat kembalinya Indonesia kepada jalur pertumbuhan ekonomi yang positif di tahun 2021 setelah tahun sebelumnya, mengalami resesi akibat wabah Covid-19.

Ya, sejumlah lembaga sudah mengeluarkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga para pelaku usaha transportasi laut pun menjadi lebih optimis dalam menatap tahun 2022. Bank Dunia misalnya, memperkirakan Indonesia akan melanjutkan momentum partum-buhan ekonomi pada tahun 2022.

Sebagaimana ditulis Bisnis, berdasarkan laporan Global Economic Prospects dari Bank Dunia yang dirilis pada Selasa (11/1/2022) menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai 5,2 persen pada tahun ini. Proyeksi ini lebih baik dibanding prediksi sebelumnya yang berada di angka 4,8%. Namun, proyeksi ini masih di bawah target pemerintah pada rentang 5,2%-5,8%.

Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2022 menjadi sebesar 5,6% yoy, atau lebih rendah 0,3% poin dari perkiraan sebelumnya yang mencapai 5,9% yoy. IMF memandang masih ada beberapa risiko yang bisa menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi domestik pada tahun ini.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) makin optimistis akan prospek pertumbuhan ekonomi di tahun 2022.  Pertumbuhan ekonomi 2022 berada di kisaran 4,7% yoy hingga 5,5% yoy. Ini lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 4,6% yoy hingga 5,4% yoy. 

Lembaga pemeringkat Fitch Ratings memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 akan meroket ke 6,8% yoy.  Meski ada peluang untuk tumbuh tinggi pada tahun ini, Fitch Ratings tetap memperingatkan adanya risiko yang membayangi prospek perekonomian Indonesia. 

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 bisa mencapai di kisaran 5,1% yoy hingga 5,4% yoy. Akan tetapi, memang masih ada hal yang perlu diperhatikan oleh Indonesia terkait prospek pertumbuhan ekonomi domestik pada tahun ini, terutama terkait dengan pandemi Covid-19.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini bisa mencapai 5,2%.  Ditulis Kontan,  Hartarto mengatakan pertumbuhan ekonomi pada 2022 tetap akan bergantung pada keberhasilan pengendalian pandemi yang didukung kedisiplinan masyarakat melaksanakan protokol kesehatan, menjalankan vaksinasi, dan membatasi kerumunan, kemudian respons kebijakan ekonomi yang tepat dari sisi fiskal dan moneter serta penciptaan lapangan kerja dan kesiapan bertransformasi.

Masih Ciamik

Lantas  bagaimana prospek industri pelayaran tahun 2022? Pandemi yang terjadi sejak awal 2020 memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap perkonomian dunia, termasuk Indonesia. Berbagai kebijakan pembatasan perjalanan dilakukan oleh berbagai negara, tidak terkecuali oleh Pemerintah Indonesia.

Pandemi yang sudah berlangsung selama dua tahun ini juga berdampak terhadap industri pelayaran. Pada awal-awal pandemi, kinerja pelayaran sempat tertekan hingga minus 21 persen.

Penurunan arus kapal terjadi hingga mencapai 3 persen, penurunan arus barang mencapai 14 persen, penurunan arus petikemas mencapai 11 persen dan penurunan yang paling dalam terjadi pada arus penumpang sebesar 57 persen. Penurunan arus barang terjadi pada awal-awal pandemi Covid-19 saat banyak industri manufaktur menghentikan kegiatan produksinya.

Namun, sejalan dengan keberhasilan pengendalian penularan Covid-19 yang terlihat pada kuartal IV 2021, Indonesia mulai berhasil memulihkan kondisi ekonomi secara perlahan, tidak terkecuali sektor pelayaran.  Di dukung oleh kebijakan stimulus fiskal dan moneter dari Pemerintah, pelayaran dapat bertahan menghadapi pandemi Covid-19 pada tahun 2020 dan berlanjut di tahun 2021 sehingga kinerja pelayaran pada tahun lalu itupun tumbuh positif. Bisa disebut bahwa pada tahun 2021, industri pelayaran mendapatkan cuan.

Atas kondisi itu, sektor pelayaran menatap 2022 dengan yakin. Sejumlah perusahaan pelayaran optimis bahwa 2022 akan terjadi perbaikan industri. “Kinerja usaha angkutan laut yang positif pada tahun 2021 akan berlanjut pada tahun 2022,” kata Ketua Umum Indonesia National Shipowners Association Sugiman Layanto.

Di sektor offshore misalnya, prospek industri yang positif didukung oleh harga minyak yang lebih tinggi akan menghasilkan permintaan kapal-kapal offshore yang lebih tinggi pula. Di sisi lain, pelonggaran kebijakan pembatasan perjalanan di seluruh dunia telah menyebabkan lonjakan harga minyak karena pasokan yang ada selama adanya pembatasan perjalanan, belum mampu mengimbangi meningkatnya permintaan minyak dan gas bumi.

Sebagai gambaran, harga minyak mentah Brent menembus di atas US$85/barel, tingkat yang tidak terlihat sejak 2014. Ini mencerminkan optimisme di industri minyak dan gas yang akhirnya menunjukkan siklus pemulihan. Di Indonesia sendiri, ada tender-tender untuk proyek pengeboran yang akan dimulai pada awal 2022 sehingga hal ini memberikan prospek menjanjikan di sektor angkutan offshore.

Sektor angkutan kontainer juga diperkirakan tumbuh positif. Sebagai contoh, Maersk Indonesia memperkirakan pertumbuhan sektor pelayaran untuk peti kemas pada 2022 tak akan beranjak jauh dari realisasi pada akhir tahun ini dengan masih adanya ketidakpastian.

Maersk sendiri menargetkan bisnis peti kemas tumbuh 10 persen pada situasi normal. Namun tampaknya hal itu  sulit terealisasi pada tahun 2022. Kondisi ini berkaca dari capaian tahun lalu yang nyatanya hanya tumbuh sekitar 8 persen.

Sementara itu, emiten pelayaran PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) menyebut, kondisi tarif kontainer hingga awal 2022 ini masih sesuai dengan prediksi tahun lalu, di mana tarif kontainer tetap tinggi dan permintaan pun semakin naik.  Meskipun tarif kontainer naik, permintaan dari para pengguna tetap stabil, bahkan cenderung tidak menurun.

Kondisi itu menyebabkan tingkat keterisian kapal pun tetap tinggi sehingga memberikan dampak positif terhadap pelayaran kontainer. Dengan demikian, meskipun ada gangguan operasional akibat Covid-19, termasuk omicron, kinerja pelayaran tetap baik karena tarif tetap tinggi, permintaan juga tetap tinggi.

Sektor angkutan curah, khususnya batubara juga makin cerah karena permintaan dalam negeri pada 2022 semakin tinggi. Sebagai gambaran, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan   target produksi batubara tahun 2022 di kisaran 637 juta sampai 664 juta ton, naik dari target produksi batu bara tahun 2021 sebanyak 625 juta ton.

Adapun alokasi DMO 2022 mencapai 190 juta ton, lebih tinggi dibandingkan kuota DMO tahun 2021 yang mencapai 137,5 juta ton atau bertambah hampir 60 juta ton sehingga akan dibutuhkan kapal-kapal dalam jumlah yang tidak sedikit, baik tug and barge maupun bulk carrier untuk angkutan batubara dalam negeri. (Aj/Red)

 

  • By admin
  • 04 Feb 2022
  • 4790
  • INSA