• +62 21 351 4348
  • sekretariat@dppinsa.com

Faktor Gaji Diduga Jadi Penyebab Batam Krisis Tenaga Welder Kapal

Faktor Gaji Diduga Jadi Penyebab Batam Krisis Tenaga Welder Kapal

BATAM-Beredar isu kurangnya tenaga welder di Kota Batam, Provinsi Kepri menjadi sorotan berbagai pihak.

Satu di antaranya Ketua Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), Kota Batam, Yafet Ramon. Ia menilai upah murah dan kontrak kerja yang singkat menjadi penyebab kurangnya Tenaga Welder dan Fitter di kota Batam.

Banyak tenaga welder profesional yang lebih memilih keluar negeri dibandingkan dengan Batam.  "Risiko kerjanya aja berbeda. Sementara hubungan kerja tidak jelas. Sekarang kan melalui outsourcing. Kan ini sama aja tidak dihargai," ujar Yafet, Senin (27/2/2023).

Selain itu, lanjut dia, upah yang diterima welder juga tak sebanding dengan risiko kerja yang dilakukan. Ditambah dengan keselamatan kerja yang masih belum memenuhi standar.

Dikutip dari batam.tribunnews.com "Skill mereka ini berbeda dengan yang kerja di manufaktur harusnya itu juga dibedakan. Upah mereka ditekan makanya mereka enggan dan lebih pilih cari di luar."

Yafet menuturkan pemerintah daerah bekerjasama dengan perusahaan agar menggelar pelatihan welder dan Fitter untuk memenuhi kebutuhan pengusaha Galangan.  "Disnaker buat pelatihan tapi hasilnya juga tidak ada," katanya

pembayaran gaji. Menurutnya, kerja di galangan kapal tak seindah bayangan orang.  Ironisnya lagi, lanjut dia, bukan masalah gaji tapi soal kepastian. Para pekerja galangan sering dipermainkan oleh pengusaha galangan kapal melalui kontrak kerja.

“Kalau gaji sama saja. Tapi, soal kepastian kerja di kontrak per tiga bulan abis itu kami dipanggil untuk sambung lagi. Tapi, Kalau disambung biasanya perusahan main lepas begitu saja,” katanya.

Tidak hanya terus berharap akan kepastian kerja menjelang kontraknya habis, mereka juga sering mendapatkan beban kerja yang tak sesuai dengan porsinya.

Dia mengaku bahkan sempat jatuh sakit karena tekanan kerja dari perusahan yang berlebihan. “Jujur udah tak ada yang betah kerja di galangan. Itu kalau mereka keterima di industri, kosong perusahan (galangan) itu,” kata Supri.

Ia menilai, sistem kerja kontrak per tiga bulan sangat merugikan para pekerja. Meskipun menurut dia hal itu bukan pelanggaran namun dia berharap sistem seperti itu dapat diubah, sehingga peminat kerja di galangan semakin meningkat.

“ Tiga bulan pertama oke kita anggap training. Tapi habis itu dikontrak lagi tiga bulan seterusnya begitu tak ada kepastian,” katanya.

Sementara itu, anggota Komisi III DPRD Kota Batam, Thomas Arihta Sembiring mempertanyakan jumlah pasti tenaga welder di Batam saat ini. Hal itu terkait kabar Batam mengalami krisis tenaga welder untuk proyek galangan kapal (shipyard).

Terpisah, seorang pekerja galangan kapal di Sagulung, Riyadi (26) mengeluhkan perihal "Kita butuh realita. Apakah betul galangan kapal itu membutuhkan lima ribu tenaga welder? Jangan seolah-olah membuat kagum banyak orang, tapi nanti kesempatan kerjanya tidak pasti," tegasnya.

Ia tak memungkiri, banyak tenaga welder yang berkompeten di Batam memilih untuk berkarier ke luar negeri. Faktor gaji (salary) tinggi dan pengetahuan lebih luas adalah alasan banyaknya tenaga profesional lari ke luar negeri.

"Kemudian, memang di dalam negeri itu tak memadai untuk lapangan pekerja welder. Belum tertampung semua. Kalau statement yang dikeluarkan saat ini hanya untuk hipnotis semata dan membuat masyarakat terkagum-kagum, buat apa, harus jelas," tambahnya lagi.

  • By admin
  • 09 Mar 2023
  • 2158
  • INSA