• +62 21 351 4348
  • sekretariat@dppinsa.com

Holding BUMN Pelabuhan Dibagi Menjadi Empat Sub-Holding

Holding BUMN Pelabuhan Dibagi Menjadi Empat Sub-Holding

JAKARTA-Tim Sinergi dan Integrasi BUMN dalam Layanan Pelabuhan mengusulkan empat subholding hasil integrasi empat BUMN Pelabuhan di Indonesia yakni PT Pelindo I (Persero), PT Pelindo II (Persero), PT Pelindo II (Persero) dan PT Pelindo IV (Persero).

“Keempat subholding tersebut tetap berkantor pusat di wilayah Pelindo sesuai ukuran bisnisnya saat ini,” kata Ketua Tim Sinergi dan Integrasi BUMN dalam Layanan Pelabuhan sekaligus Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Arif Suhartono sebagaimana ditulis berita satu.

Dia mengatakan  ke depan Pelindo I-IV akan menjadi satu dan selanjutnya operasionalnya akan diklasterkan menjadi 4 subholding di bawah Pelindo Sinergi. Keempat subholding itu adalah Pelindo Petikemas, Pelindo Non Petikemas, Pelindo Marine dan Equipment dan Pelindo Logistik.

Nantinya, dengan bisnis model pengelolaan untuk kegiatan yang sama itu beberapa pelabuhan cabang yang tadinya mengelola semua kegiatan akan dijadikan dalam satu perusahaan, yakni empat subholding tersebut.

Tujuan akhirnya adalah agar mereka bisa memberikan layanan dan performa yang sama. Itulah target jangka pendek dan bisnis model yang disiapkan saat ini. Selanjutnya, target jangka panjang tentu akan menjadi tugas masing-masing subholding.

“Terlalu berat kalau kita pikir sampai ke depan, tetapi bagaimana menciptakan kondisi ke depan seperti apa. Alhamdulillah Pelindo saat ini bukan Jakarta, Medan, Surabaya dan Makasar, jadi attachment antara Pelindo dengan daerah tidak terlalu tinggi. Namun demikian, kami dari Tim mengusulkan dan mendorong ke depannya, dari empat subholding itu, contohnya Pelindo Petikemas akan kita dorong head office-nya tetap di Surabaya, karena size bisnis petikemas kurang lebih setara dengan Pelindo III sekarang ini. Jadi, Surabaya kehilangan Pelindo III iya, karena nanti tidak ada lagi Pelindo III, tetapi ada Pelindo Petikemas, di mana coverage-nya nasional khusus petikemas,” kata Arif.

Tak hanya itu, subholding Pelindo Non Petikemas juga akan didorong berkantor pusat di Medan, karena size bisnisnya banyak yang nonpetikemas. Termasuk juga Pelindo Marine dan Equipment akan didorong ke wilayah Pelindo IV, yaitu di Makasar karena saat ini bisnis itu lebih banyak. “Jadi Pelindo I-IV memang nanti nggak ada, tapi mereka akan terwakili Pelindo yang lebih nasional lagi dan akan lebih fokus dari kegiatannya,” tandas Arif.

Kehadiran subholding seperti Pelindo Petikemas itu, layanan petikemas dari satu ujung ke ujung lainnya akan bisa dilayani dengan level layanan yang sama untuk kelas pelabuhan yang sama. Sementara jika dalam proses integrasi Pelindo nanti di bawahnya ada sub anaknya dari subholding, maka anak-anak perusahaan itu akan berubah status dari anak menjadi cucu, dan nanti bisnis owner-nya ada pada Pelindo Petikemas.

“Inilah yang akan memastikan layanan dari ujung ke ujung adalah sama. Sekali lagi alasannya adalah mungkin 70-80% dari petikemas itu dilayani oleh customer yang sama, jadi nanti di link-nya itu cukup satu Pelindo Petikemas, bahwa nanti dibawahnya itu ada operatornya itu sebagai operation dan maintanence saja. Tapi di link-nya itu dengan Pelindo Petikemas,” ungkapnya.

Jika nanti ada masalah di satu tempat nanti akan menjadi kewajiban dan tugas dari subholding tersebut. Contohnya, ada masalah layanan petikemas di Medan, maka subholding itu yang akan mengurusinya. Mereka mempunyai jalur komando dan komunikasi yang jelas. “Tapi KPI-nya yang jelas adalah untuk kelas yang sama harus mempunyai performa yang sama,” katanya.

Arif menjelaskan, rencana integrasi Pelindo adalah keputusan pemerintah dengan ekonomi sebagai pertimbangan utama, salah satunya adalah efisiensi logistik. “Kalau bicara logistik yang paling pas, enak dan efisien adalah kontainer. Kebetulan kastemer Pelindo I-IV untuk kontainer sekitar 70-80% adalah sama. Tentunya apabila dilayani dengan servis, performa dan proses bisnis yang sama akan akan berdampak positif kepada kastemer.”

Dia berharap ke depan, target integrasi adalah memastikan layanan yang sama, meningkatkan efisiensi layanan, mencoba membantu kegiatan pelabuhan di luar pelabuhan dan keluar dari wilayah yang ada sekarang ini.

“Tapi yang utama ada bagaimana kita membantu layana domestik itu yang terpenting dengan memberikan layanan servis yang sama untuk terminal-terminal dengan kelas yang sama, tentu saja kelas satu dan dua sampai kapanpun akan berbeda tapi sama-sama kelas satu akan memberikan layanan yang sama.” 

Integrasi Pelindo akan berujung pada efisiensi biaya logistik, tetapi semua itu perlu proses, tidak serta merta. Arif mencontohkan, satu pelabuhan di Pelindo II setelah dilakukan transformasi angka bongkar muat hanya satu hari dari sebelumnya sekitar 5-6 hari. “Itu artinya dari shipping line akan mempunyai sailing time lebih banyak. Ibarat bis kalau jalan akan dapat duit kalau bisnya jalan, tidak mungkin bisa berhenti di terminal dapat duit. Kira-kira lebih kurangnya seperti itu. Bicara pelabuhan logistik, kapal itu bicara network tidak bicara single port, jadi tidak mungkin disatu sisi baik tapi di pairing port-nya kurang baik, secara network itu tidak optimal tidak maksimal. Kira-kira itu pertimbangan integrasi Pelindo ini,” ungkapnya.

Arif optimistis rencana integrasi Pelindo yang sebenarnya sudah sejak sepuluh tahun terakhir itu bisa berjalan. Sebab, untuk proses integrasi itu, Pelindo I-IV kali ini sudah berjalan ke arah yang sama sehingga akan memudahkan program yang sudah dicanangkan pemerintah tersebut.

Apalagi, sebelum merger direksi Pelindo I-IV sudah saling berdiskusi untuk memperbaiki layanan di pelabuhan utama. Seperti kolaborasi Pelindo IV dengan Pelindo II untuk memperbaiki layanan di salah satu pelabuhan di Ambon. Kapal yang tadinya sekitar 3 tiga hari setelah ditransformasi menjadi satu hari.

Hal itu sudah berjalan dan akan dikloning di  pelabuhan lain dan saat ini sedang berjalan di Medan, karena tujuannya adalah memperbaiki layanan. Ditambah lagi, program Quick Quit Pre Merger juga saat ini sudah berjalan.

Selain itu, dalam proses merger ini yang penting juga koordinasi dengan departemen teknis, yaitu Kementerian Perhubungan. Sejauh ini, Kemenhub secara resmi telah memberikan dukungannya terkait program ini.

“Kalau kita bicara logistik, nggak akan kuat Pelindo mau gabung sekalipun, tidak akan kuat membereskan semuanya dan disitulah perlu kolaborasi antara Pelindo Sinergi dengan Perhubungan,” katanya. 

Pihaknya  sudah menyampaikan kepada Menhub tentang integrasi yang bagus yaitu tidak hanya Pelindo terintegrasi tapi juga dengan Kemenhub, apalagi dari jumlah pelabuhan yang dikelola oleh Pelindo, mungkin seratus sekian sedangkan total pelabuhan ada Lebih dari 200 buah.

“Namun kalau kita bicara proporsi, meskipun kita hanya seratus sekian tetapi atas layanan yang kita berikan mungkin lebih dari 70-80% atas apa yang terjadi di disrtibusi logistik di Indonesia. Dan kami juga udah bagus komunikasi dengan pihak Kemenhub terkait dengan layanan, meskipun layanan dikelola oleh Pelindo dan Kemhub, mestinya harus memberikan layanan yang sama, tentu dengan kelas yang sama,” katanya. (beritasatu)

  • By admin
  • 03 Jun 2021
  • 1384
  • INSA